Abstract/Notes |
Abstrak
Penyakit diabetes merupakan penyakit non-infeksi yang menjadi perhatian dunia. Penggunaan tanaman obat
sebagai terapi diabetes banyak dijumpai. Penelitian sebelumnya terhadap rebusan ramuan jamu antihiperglikemia
yang mengandung daun salam, sambiloto, kayu manis dan temulawak terbukti efektif menurunkan kadar
gula darah puasa (GDP). Sediaan jamu dalam bentuk kapsul ekstrak diketahui lebih stabil dibanding rebusan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesetaraan kemanfaatan dan keamanan antara kapsul ekstrak jamu
antihiperglikemia dengan obat standar metformin dosis tunggal. Metode penelitian ini adalah studi klinik dengan
desain paralel, random, dan tersamar tunggal terhadap 60 subjek di Rumah Riset Jamu (RRJ) Hortus Medicus yang
telah memenuhi kriteria inklusi dan esklusi pada bulan September hingga November 2019. Intervensi penelitian
dilakukan selama 28 hari pada pasien yang menerima kapsul ekstrak (n=30) dan metformin (n=30). Parameter
keberhasilan yaitu apabila terjadi penurunan kadar GDP pada pasien serta kadar fungsi hati (Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase/SGOT dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase/SGPT) dan fungsi ginjal (ureum
dan kreatinin) tetap berada pada rentang nilai normal. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar GDP pada
kelompok kapsul ekstrak meningkat dari 165,53+33,28 menjadi 168,17+56,47 dan pada kelompok metformin
rata-rata kadar gula darah puasa meningkat dari 161,07+33,00 menjadi 165,20+65,67. Sementara itu, kadar SGOT
(17,40+5,35), SGPT (27,10+11,83), ureum (29,57+6,77), dan kreatinin (0,99+0,27) setelah intervensi masih dalam
rentang normal. Simpulan dari penelitian ini adalah kaspul ekstrak jamu antihiperglikemia tergolong aman, namun
tidak dapat menurunkan GDP. Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara kelompok kapsul ekstrak dengan
metformin.
Kata kunci: Kapsul ekstrak jamu antihiperglikemia, keamanan, khasiat |