Abstract/Notes |
ABSTRAK
Pada masa pandemi COVID-19, banyak penyakit menular selain penyakit
COVID-19 sering terabaikan penyebarannya. Salah satu penyakit infeksi yang
cukup banyak terjadi adalah Infeksi Menular Seksual (IMS). IMS merupakan
infeksi pada saluran reproduksi yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan
parasit yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seksual. Tingginya angka
kejadian IMS merupakan bukti bahwa masih rendahnya pengetahuan masyarakat
akan IMS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan obat dan
karakteristik pasien IMS selama pandemi COVID-19 pada tahun 2020-2021 di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Penelitian ini merupakan penelitian
noneksperimental. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif
yang dilakukan secara retrospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
penurunan dan peningkatan pada jumlah pasien selama pandemi COVID-19, total
pasien IMS pada penelitian ini adalah sebanyak 48 pasien, yang terdiri dari 17
pasien pada tahun 2020 dan meningkat menjadi 31 pasien pada tahun 2021. Pada
tahun 2020, karakteristik pasien IMS terbanyak berjenis kelamin laki-laki (64,7%),
usia pasien penderita IMS terbanyak berasal dari kelompok usia 17-25 tahun
(41,2%), pasien penderita IMS terbanyak bekerja sebagai karyawan swasta
(47,1%), tingkat pendidikan SLTA (76,5%), status pernikahan belum menikah
(52,9%) dan jumlah kunjungan terbanyak sebanyak 2 kali (41,2%). Karakteristik
pasien selama periode 2021 memiliki mayoritas pasien berjenis kelamin laki-laki
(64,5%), usia pasien penderita IMS terbanyak berasal dari kelompok usia 17-25
tahun (48,4%), penderita IMS terbanyak bekerja sebagai karyawan swasta (54,8%),
tingkat pendidikan SLTA (67,7%), status pernikahan belum menikah (61,3%) dan
jumlah kunjungan terbanyak sebanyak 3 kali (51,6%). Jenis IMS dengan kasus
terbanyak pada tahun 2020 adalah gonore (35,3%) dan pada tahun 2021 adalah
sifilis (51,6%). Pengobatan yang paling sering digunakan selama periode 2020-
2021 adalah injeksi benzatin penisilin untuk sifilis (76,2%), azitromisin untuk
gonore (42,9%), cefiksim untuk kondiloma akuminata (33,3%), dan asiklovir untuk
herpes genital (100%).
Kata kunci: COVID-19, pandemi, IMS, penggunaan obat, karakteristik pasien |